Ada orangtua yang "gemas" karena susah mengajak batitanya berenang, ada
juga yang tak mau bermain pasir. Mengapa ada anak yang berani mencoba
segala macam permainan baru, tetapi ada juga yang tidak?
Pertiwi
Anggraeni, MPsi, psikolog anak dan pengajar di Universitas Tama
Jagakarsa Jakarta menjelaskan, keberanian untuk memulai atau mencoba
sesuatu yang baru dipengaruhi faktor internal (dalam diri anak) dan
eksternal (lingkungan).
Faktor internal biasanya merupakan
bawaan lahir. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan atau dorongan
lingkungan terhadap si anak, termasuk dorongan untuk mencoba.
Salah
satu faktor internal adalah temperamen, yaitu karakteristik dari anak
yang dapat memengaruhi si anak bereaksi dan merespons orang lain,
lingkungan, dan berbagai benda yang ditemui.
3 temperamen
Temperamen anak dibedakan menjadi tiga, yakni mudah (easy child), lambat (slow warmer child), dan sulit (difficult child).
Temperamen ini dapat diamati sejak bayi. Contoh, anak yang memiliki
temperamen sulit, umumnya juga sulit diperkenalkan dengan
makanan-makanan baru semenjak bayi.
Anak bertemperamen mudah
akan mudah tertawa, mudah beradaptasi terhadap suatu perubahan atau
lingkungan baru, dan mampu melakukan rutinitas saat bayi dengan baik.
Ketika diminta mencoba sesuatu yang baru, anak dengan berani akan
melakukannya. Demikian pula ketika beradaptasi menghadapi sebuah
perubahan.
Anak bertemperamen lambat membutuhkan waktu untuk
dapat menerima sebuah perubahan alias tak mudah dalam menerima sebuah
perubahan. Ketika diminta untuk mencoba sesuatu yang baru, anak tidak
segera mau. Biasanya ia melakukan pengamatan terlebih dahulu. Setelah
merasa nyaman dan aman, barulah ia mau untuk mencoba sesuatu yang baru
itu.
Anak bertemperamen sulit kerap menolak perubahan, sulit beradaptasi, dan cenderung bersikap moody. Umumnya, anak akan sulit atau bahkan tidak mau (berani) untuk mencoba sesuatu yang baru.